Senin, 12 Agustus 2013

Kolak Blonceng? Aneh!

Semua karena kebiasaan. Orang yang terbiasa ngopi tiap pagi sambil baca koran akan terasa aneh jika suatu pagi tak melakukan itu. Bahkan ketika ternyata kopinya habis dibela-belain membelinya meski warung belum buka. Orang yang terbiasa nulis dengan cara kidal juga akan terasa janggal jika tiba-tiba dia disuruh untuk menulis dengan tangan kanan.

Ini tentang kisahku dengan si blonceng. Sejak kecil hingga aku menikah blonceng selalu saja aku santap dalam bentuk sayur.Dihidangkan bersama bayam. Ehm, segarnya. Jadi kangen nih sama blonceng. Namun, di Depok nggak ada yang jual blonceng. Mau nyari sampai ke pasar dan swalayan juga tidak saya temukan tanaman merambat ini.

Ah, bukan. Bukan ini masalahnya. Semenjak peristiwa itu saya tak ingin makan blonceng lagi. Meski ada kangen yang mendera untuk melahapnya.

“Nih, coba rasain!” suami saya menawari semangkuk minuman seperti kolak namun tanpa santan dan berisi sesuatu.
“Apa ini?” tanya saya sambil menunjuk isi mangkuk itu.
“Ini namanya kenthi.”
“Kok kayak blonceng sih?”
“Blonceng?” suami heran karena di daerahnya Lamongan blonceng biasa disebut dengan nama kenthi.
Saya pun mencobanya sedikit. Benar, itu blonceng. Manis sih, tapi karena dalam benak saya blonceng itu dibuat sayuran, saya tak ingin melanjutkan minum kolak blonceng itu. Aneh.
“Gimana? Enak kan?”
“Hi…blonceng kok dibuat minuman kolak kayak gini. Ini mah biasanya dibuat sayur sama bayam. Ayah saja ah yang nerusin habisin minuman ini!”
“Walah, kan dah dibuatin emak.”
“Ogah ah, aneh rasanya.”

Akhirnya, minuman kolak dengan isi irisan kenthi itu, eh blonceng itu dihabiskan suami saya. Sejak saat itu saya enggan makan blonceng meski dimasak sayur dengan bayam ketika pulang kampung ke Kediri. Peristiwa itu masih terngiang.

Blonceng oleh-oleh dari Lamongan

Mau disayur atau dibuat kolak ya? Ehm, dikasihkan ibu saja deh! 

Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon"


Sekilas tentang blonceng:
Blonceng atau lebih dikenal dengan nama Labu air memang selama ini sering diolah menjadi sayuran. Apalagi jika bloncengnya masih muda. Bentuknya ada yang seperti labu ukur di laboratorium, ada juga yang lonjong memanjang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Labu_air)

Ada yang menyamakan blonceng dengan beligo/kundur. Keduanya memang berasal dari ordo dan family yang sama, namun genus keduanya berbeda. Blonceng dikenal dengan nama ilmiah Lagenaria siceraria, sedang beligo dikenal dengan nama ilmiah Benincasa hispida. (http://id.wikipedia.org/wiki/Beligo)

12 komentar:

  1. Kalo saya pernah makan manisan blonceng. Enak loh, apalagi kalo dingin. ^_^

    BalasHapus
  2. awalnya aku bingung blonceng itu yg gimana,, hehehe,, ternyata labu air toh,, klo di palembang juga biasa dibuat sayur,,, salam kenal, ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayur juga ya? sama donk, salam kenal balik

      Hapus
  3. baru tahu kalau nama lain labu air itu bloceng hehehe

    BalasHapus
  4. Kayaknya pernah lihat blonceng di mana gitu. Ternyata bisa dimasak juga, ya.
    Salam kenal, mbak. Semoga sukses untuk GA-nya ^_^

    BalasHapus
  5. blonceng nya besar bgt mbak, kayak kentongan siskamling.. :D

    saya belom pernah nyoba, tapi jadi penasaran... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang aku bawa itu nggak seberapa besar lho ... ada yang lebih menjutai dan montok lagi

      Hapus
  6. iya sih mbak, selama ini setau saya emang dibuat sayur :)

    BalasHapus