Senin, 21 Oktober 2013

Kecil-kecil Sudah Jadi Pemimpin, Apalagi Nanti

Inilah Qowiyy ... sang pemimpin sekarang dan nanti

Pemimpin itu visioner. Paling tidak ini yang saya pahami dari seorang kepala sekolah yang pernah saya kenal. Beliau berkata,”Tahun pertama kepemimpinan saya harus ada siswa yang lulus dengan nilai matematika 10.” Abdullah Gymnastiar menegaskan pula bahwa visioner itu memiliki strategi yang tepat, dapat membaca potensi dan menyinergikannya serta mampu memotivasi. Bagaimana agar anak saya, Qowiyy dipanggilnya bisa berjiwa demikian? Ini dia yang selama ini saya lakukan.
“Mas, habis mandi sore ngapain?”
“Baca Quranlah, terus baca buku.”
“Kenapa suka baca Quran dan baca buku?”
“Kan Qowiyy bisa. Qowiyy suka baca buku.”
“Biar bisa apa lakukan itu?”
“Masuk surga lah! Biar dapat bintang dari bunda juga.”
O, o. Qowiyy visioner. Dia tahu kesukaannya dan dia tahu mengapa dia melakukan hal itu. Selamat, Nak!

Lalu, pemimpin itu kreatif dan inovatif. Kehidupan dunia yang semakin menggila dan global menuntut seorang pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah secara kreatif dan cara yang tak terduga. Tidak stagnan, senantiasa berpikir dan berpikir. Sesungguhnya, secara fitrah, anak itu kreatif dan inovatif. Sejak kecil dia sudah layak disebut pemimpin. Tugas orang tua hanya mengarahkan dan membimbingnya. Tips saya sederhana, biarkan anak bereskplorasi dengan bebas. Ketika mewarnai sebuah bunga dengan mahkota yang banyak saya membiarkan Qowiyy memilih warnanya dengan bebas. Alhasil terciptalah bunga sapta warna. Saya acungi jempol dan Qowiyy tersenyum bahagia.

Ehm, apalagi ya? Oh ya, pemimpin itu mudah beradaptasi. Maksudnya tidak hanya bisa bergaul saja lho, namun bisa menempatkan diri. Jika salah mau diluruskan, jika benar haknya untuk diikuti. Sebuah percakapan Qowiyy dengan adiknya berikut ini membuat saya bangga.
“Adik, nggak boleh mandi sama-sama. Harus antri Adik! Mas Qowiyy dulu. Malu!”
“Kenapa Mas?” tanya saya.
“Kan bunda mandinya juga sendiri. Kan adik perempuan, nggak baik mandi sama-sama.”
He,he. Benar juga. Namun, suatu hari ketika saya memandikan adiknya yang masih setahun usianya, Qowiyy tiba-tiba ikutan masuk di kamar mandi. “Mas Qowiyy!” sapa saya dengan nada melenggang. “Harus antri ya Bunda?” Keren, bukan?

Selanjutnya, pemimpin itu memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi. “Mintalah fatwa pada dirimu sendiri”. Kata bijak dari sang nabi ini yang selalu menginspirasi. Dan ini pula yang saya stimulus terus terhadap Qowiyy. Saya suguhkan kisah menarik ini, pengalaman saya menumbuhkan kecerdasan ini.
“Bunda, ntar kalau ikut bunda ngajar ibu-ibu Mas Qowiyy boleh nggak mainan gelas?”
“Ehm, gimana lho?” saya balik bertanya.
“Nggak boleh ya, ntar bisa-bisa gelasnya pecah. Ntar lantainya kotor karena kena air yang tumpah.”
Saya tersenyum dan berkata,”Hebat Nak!”
“Boleh nggak Mas Qowiyy main puzzle?”
“Ehm, gimana lho?”
“Boleh lah, kan biar pinter. Ntar mainnya sama-sama adik ya.”
Qowiyy bisa memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain karena dia terbiasa meminta fatwa pada dirinya sendiri.

Tentu, usaha saya agar ciri-ciri pemimpin yang sudah ada pada diri Qowiyy terus berlanjut sampai nanti harus senantiasa saya pupuk. Pemberian kasih sayang yang tepat, dukungan doa yang tiada henti, serta seperangkat nutrisi yang mampu menjaga fisik dan akalnya senantiasa dalam kondisi ready. Lucu jika pemimpin gampang sakit-sakitan. Aneh jika seorang pemimpin juga berotak “dodol”. Pemberian makanan yang sehat selalu menjadi perhatian saya. Sayur dan buah harus senantiasa menjadi menu hariannya. Bagaimana dengan asupan akal? Memasukkannya di sekolah yang bagus serta merangsang otaknya dengan permainan edukatif di rumah juga tak luput dari keseharian saya mendampingi Qowiyy, bocah 3 tahun 8 bulan ini, menjalani hari-hari.

Kini, Qowiyy sudah bisa menjadi seorang pemimpin, apalagi nanti. Optimis itu sebuah kemestian. 

Selasa, 24 September 2013

Matematika Asyik untuk Balita

Matematika itu asyik seperti orang yang mau tidur. Siapkan baju hangat, pules deh!

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan sebuah peristiwa yang dialami anak saya yang sekarang masih berusia 3,5 tahun. Suatu saat dia menata banyak benda yang ada di kamarnya. Biasanya paling dia membentuknya menjadi panjang seperti kereta api. Namun ketika itu tidak. Qowiyy menata benda-benda itu (ada buku, pensil, kotak minuman, botol sambal, dsb) hingga menjadi lingkaran yang besar sampai memenuhi kasur. Ketika saya datang membawa adiknya yang baru saja mandi untuk ganti pakaian saya kagum dengan yang dikerjakan Qowiyy. Lalu, saya bertanya,”Wow, keren banget! Bikin apa itu Mas?” Anak saya menjawab,”Ini lingkaran besar Bunda. Eit, Bunda dan adik nggak boleh ke sini, soalnya ini mobilnya macet (sambil menunjuk benda-benda yang ditatanya) panjang sekali. Kayak yang ada di Jakarta itu lho, yang ada air mancurnya (maksudnya adalah Bundaran HI). Jangan ke sini ya, ntar sempit kasurnya, rusak macet-macetannya.”

Mana matematikanya ya? Sepertinya tak ada hitung-hitungannya ya? Memang tidak ada, namun perlu diketahui matematika tidak sesempit itu. Matematika sejatinya adalah melatih daya nalar anak, membangun logika anak agar anak mampu menyelesaikan masalah. Berhitung memang bagian dari matematika, penting juga. Maka sebaiknya, tak perlu dipertentangkan. Saya pernah pengalaman mengadakan tes hitung dasar (pola seperti tes toefl yang dibatasi waktu) dan tes matematika yang melibatkan konsep dasar dan pemecahan masalah. Ada dua sekolah yang menunjukkan hasil berbeda namun ini menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Sekolah yang pertama, siswa-siswanya sangat cepat mengerjakan tes hitung dasarnya. Dan rata-rata hasilnya sangat memuaskan. Namun, ketika mengerjakan tes yang satunya rata-rata tak lebih dari 7. Sekolah yang satunya kebalikannya. Dari rentetan cara penyelesaian masalah dari konsep dasar yang diberikan, siswanya tak mengalami kesulitan. Siswa paham konsep dengan benar sehingga bisa menentukan jalan/cara menyelesaikan masalahnya. Namun, karena hasil tes hitung dasarnya lemah, permasalahan konsep dasar yang membutuhkan hitungan meski sedikit, anak-anak tak mampu mengerjakannya.
Jadi, sebenarnya keduanya bekerja saling melengkapi. Pemahaman konsep dasar sangat diperlukan dalam aplikasi memecahkan masalah keseharian, sedangkan berhitung sebagai alat yang dalam keadaan tertentu juga dibutuhkan. Termasuk untuk balita.

Kembali ke jawaban Qowiyy anak saya tadi. Lingkaran. Konsep dasar lingkaran ternyata Qowiyy sudah mengenalnya dengan baik. Banyaknya benda-benda di sekitar yang berbentuk lingkaran semakin membantu dia lebih mengenal apa itu lingkaran. Selanjutnya, besar. Ini juga logika matematika. Qowiyy sudah bisa membedakan lingkaran besar dan kecil buktinya. Bahkan pernah dia menyanyi lagu “Lingkaran kecil lingkaran kecil, lingkaran besar” dia pun bisa memutar badannya sesuai dengan lagunya. Kalau lingkaran kecil, ya, dia hanya memutar badannya kecil saja. Dan akibar baik selanjutnya adalah Qowiyy akhirnya memahami konsep luas sederhana. Tahu dari mana? Dari kata “sempit” yang diucapkannya. Qowiyy juga bisa melakukan proses generalisasi dengan baik, bahwa kalau terjadi macet maka bisa dipastikan ada mobil yang berjalan lambat dalam antrian panjang. Ya, panjang juga merupakan konsep matematika.
Anak saya sudah dalam keadaan senang memainkan benda-benda di kamar menjadi sebuah lingkaran besar dan kemacetan yang panjang. Saya pun kembali bertanya,”Truknya yang mana ya?” Qowiyy menunjuk buku dan botol sambal. Saya bertanya lagi,”Ada berapa truknya?” Dia pun bisa menjawab,”Dua.” Selesai. Adakah berhitungnya? Ada, tapi ketika belajar itu, ketika menjawab pertanyaan saya, Qowiyy dalam keadaan senang bermain.

Belajar matematika ketika balita sebenarnya tak perlu susah-susah. Bangun dulu logika anak tentang konsep dasar sederhana dan jika mau ditambahi hitungan, juga hitungan yang sederhana disesuaikan usianya. Matematika anak usia dini sifatnya lebih pada persiapan anak agar kelak bisa belajar matematika yang lebih mendalam lagi.

Toh, pada dasarnya hitung sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan sudah sering dipahami anak balita sehari-hari, meski mereka belum mengerti simbol kurang (-) atau tulisan lengkap seperti 1-1=0. Ketika segelas susunya habis diminumnya anak sebenarnya sudah mengenal bahwa dia minum susunya maka susu dalam gelas akan habis. Atau ketika dia mengambil 2 telur di kulkas lalu telur yang diambilnya ternyata jatuh dan pecah satu, dia pun mengerti bahwa kini tinggal 1 telurnya yang masih utuh.

Dan ini memang harus disiapkan. Seorang psikolog anak berkata bahwa salah satu indikasi anak siap belajar adalah bahwa kemampuan logika anak bagus disamping kemampuan linguistiknya. Dari hal ini wajar sekali jika pendidikan anak usia dini khususnya TK A dan TK B memasukkan sentra persiapan di dalam kurikulumnya. Yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan kemampuan logika ini dengan cara bermain, dengan cara yang lebih memanusiakan anak-anak, yaitu dengan cara yang menyenangkan.


Balita belajar matematika? Asyik kok!

Rabu, 18 September 2013

Bahagia dengan Sejenak Hening

Semua manusia pasti ingin kedamaian, merindukan kebahagiaan, dan menikmati ketentraman hidup. Namun, sebagian besar dari manusia tidak sadar bahwa ketika kegalauan, kekalutan, dan kesedihan datang menghampiri mereka, sebenarnya itu adalah salah mereka sendiri.
Manusia lupa dengan inderanya. Padahal indera itu adalah jendela. Terlalu sering dibuka maka segala informasi dan rupa dunia menerobos masuk ke kehidupan manusia. Tanpa saringan. Padahal mestinya manusia bisa membuka dan menutup jendela dengan lebih bijaksana. Sama halnya ketika kita berada di sebelah aliran sungai yang jernih sambil mendengarkan alunan musik yang syahdu, kita pun tidak akan terhanyut sempurna di dalamnya.
Bagaimana agar kebahagiaan mampu kita rasakan? Ada beberapa kunci yang bisa kita pakai untuk membuka pintu-pintu kebahagiaan itu. Nikmati hadiah terindah dalam hidup berupa hari ini. Hanya 24 jam ini kita bisa merasakan kedamaian tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita lihat. Syukuri saja, tak perlu membayangkan kebahagiaan esok hari atau masa mendatang. Ketika kita membayangkan hari depan yang masih misteri sesungguhnya kita telah menunda bahagia itu sendiri.
Nikmati, nikmati, dan nikmati meskipun saat itu Anda sedang minum segelas air putih sekalipun. Tak perlu buru-buru sehingga Anda punya waktu untuk mensyukuri apa yang ada dan hadir saat ini. Dengan bersyukur, Anda akan rasakan bahwa kegelisahan tentang impian takkan pernah terjadi menghampiri Anda. Anda akan tenang menjalani hidup Anda hari ini. Anda merasa utuh karena Anda benar-benar bisa memaknai kehadiran hari ini.
Kunci berikutnya adalah cobalah untuk tersenyum. Anda akan temui betapa senyum yang Anda lakukan mampu membius Anda dan orang lain untuk lebih bersemangat lagi menjalani hidup. Kita semua harus belajar menjadi seorang fotografer yang murah senyum. Apa efeknya jika dia ketika memotret modelnya dalam keadaan tersenyum? Sang model pun ikut-ikutan senyum.
Ada banyak cara untuk bisa tersenyum. Menikmati pagi, melihat orang tersenyum, melihat benda pujaan. Dan yang lebih penting lagi adalah lakukan semuanya dengan penuh kesadaran. Full 100% sadar.
Untuk bahagia, kita juga perlu untuk bisa membungkus marah dengan bijak. Bernafas masuk dan bernafas keluar. Marah datang menyerang, marilah kita diam sejenak, pejamkan mata, lalu tarik nafas sambil berkata “Bernafas masuk”. Hembuskan pelan sambil berkata,”Bernafas keluar.” Nikmati prosesnya hingga marah berujung hilang. Bahagia, kini Anda dapatkan. Istirahat itu perlu sedang aksi tak perlu buru-buru. Marah bisa diredam, bahagia akan datang.
Sungguh, tak seorang pun dapat memperkirakan apa yang akan terjadi besok dan bagaimana keadaannya. Yang jelas diri kita harus siap-siap untuk berubah. Terobosan apapun bisa kita lakukan manakala kita sadar dengan momen sekarang.
Sekarang tentang tawa, ya, ini juga merupakan resep agar bahagia. Perlu diketahu bahwa anak-anak bisa tertawa kurang lebih 300 kali dalam satu hari. Semakin usianya bertambah, frekuensi tertawa itu semakin berkurang. Orang yang sudah menginjak usia 40 tahun rata-rata hanya tertawa 4 kali dalam sehari. Makanya tak heran anak-anak cenderung tampak lebih bahagia. Ingin bahagia? Kembalilah menjadi anak-anak, sungguh itu tak mengapa.

Tubuh kita bukanlah mesin. Tuhan sangat tahu  dan hebat menciptakannya. Holistik, utuh, dan menyeluruh sehingga saling mempengaruhi di antaranya. 

Sabtu, 14 September 2013

Dapat THR Bawang Merah

Aku sudah siap-siap pulang kampung jelang lebaran 2011 meski tinggal beberapa hari. Aku bersihkan kulkas dan sebisa mungkin tidak ada bumbu dapur apa pun yang tersisa hingga akhirnya busuk selama aku tinggal pulang kampung.
Tapi, tiba-tiba sore itu suami pulang membawa sesuatu sekantong plastik besar. Sambil senyum-senyum suami berkata,”Jangan kaget ya, ini THR ayah dari kantor!”
Bayanganku langsung tertuju pada sebotol sirup, minyak goreng 1 liter, sekaleng biskuit merk terkenal, dan bla-bla-bla. Asyik, lumayan untuk persediaan. Dan ternyata setelah saya buka, kaget yang saya rasakan.
“Kok?”
“Iya, itu hasil panen bawang merah dari daerah Brebes. Harga lagi turun, trus dibeli sama Pak Menteri,” jelas suami.
“Kok dikasihkan ke ayah?”
“Iya, katanya ini THR nya untuk lebaran.”
THR? Aku geleng-geleng kepala. Kalau diberi bawang merah begini banyaknya, kapan habisnya? Apalagi ini mau pulang kampung, bakal busuk ketika balik lagi ke Depok.
Aku tatap kembali bawang merah itu. Masih ada daun dan tangkainya ditambah tanah coklat yang menempel di sekujur tubuh bawang merah. Kotor.
“Kasihkan saja ke tetangga, cukup itu untuk 6 keluarga,” imbau suami.
“Iya ini mau dikasihkan, tapi kok yo kotor gini. Bersihinnya itu lho yang males!”
Tapi, bagaimana lagi. Nasib bawang merah harus segera diselamatkan. Baiklah! Aku pun akhirnya membersihkan bawang merah yang banyak itu lalu kubagi ke 6 tetangga.
THR saat itu tak bisa kunikmati secara fisik, tapi kunikmati secara psikis. Tetangga-tetangga senang sekali menerima bawang merah dari THR suamiku.

"Mana matanya Dik?" Hiks, asyiknya membuat mata, hidung, dan mulut dari bawang merah untuk mngenalkan anggota tubuh ke anak.

Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon".

Sekilas tentang bawang merah:
Bawang merah, atau nama ilmiahnya Allium Cepa, memang selalu hadir di keseharian hidup manusi di dunia. Memasak tanpa bawang merah rasanya kurang lengkap dan hambar. Bisa diuleg, diiris ketika digunakan untuk menambah aroma masakan. Terkadang juga sering kita jumpai bawang merah dalam keadaan diiris halus dan digoreng. Bawang merah goreng. Dicemplungkan ke sayur sop, enak rasanya.
Yang biasa digunakan sebagai bumbu masak biasanya bagian umbinya, namun beberapa kuliner bisa juga menggunakan daun dan tangkai bunganya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Sama Saja Kok, Oyong Itu Ya Gambas!

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Masih ingat kan makna peribahasa ini? Wah, malu sendiri jika saya mengingat peristiwa ini.
“Bu, beli gambas dong!” pinta saya kepada tukang sayur di minggu kedua kepindahan saya dari Kediri ke Depok.
“Gambas itu apa teh?” ibu tukang sayur kebingungan.
“Itu lho Bu, yang biasa disayur bening. Panjang, kulitnya warnanya hijau dan tebal. Ada bijinya.”
“Aduh yang mana ya? Teteh bukan dari Depok asli ya?”
Ketahuan deh! Padahal sudah diingatkan suami berkali-kali kalau ngobrol sama orang Depok pakai bahasa Indonesia saja. Tapi jujur, saya tidak tahu apa bahasa Indonesianya “gambas” yang ingin saya beli.
Saya tersenyum. Mata saya juga melihat satu per satu sayur yang dijual si ibu tukang sayur.
“Itu lho Bu gambas!” saya setengah berteriak menunjuk gambas.
“Oalah, itu namanya oyong. Bukan gambas.”
Saya tersenyum lagi. Setelah mendapatkan gambas saya berlalu pergi. Malu setengah mati karena saya nggak ngerti kalau di Depok gambas disebut oyong. Peristiwa itu cukup sekali terjadi. Selanjutnya, ketika saya belanja lagi, saya sudah bisa meminta kepada ibu tukang sayur,”Bu, tolong oyongnya dong!” Tak ketahuan lagi kalau saya bukan orang Depok asli. Kok bisa? Lha wong saya belanjanya di ibu tukang sayur yang lain lagi. Hiks, malu belanja lagidi ibu tukang sayur yang sebelumnya.
Dan, gara-gara ajang Give Away ini, saya jadi tahu ketika mencari tahu apa itu oyong, search di Wikipedia Indonesia, malah yang keluar judulnya adalah Gambas. He, he, he. Oalah! Masih berlakukah peribahasa tadi?

"Ini oyong Nak. Bisa juga disebut gambas."
Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon"

Sekilas tentang oyong:
Oyong atau gambas merupakan tanaman yang biasa dipanen buahnya ketika masih muda. Biasanya memang diolah menjadi sayur. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gambas)
Oyong atau gambas, nama ilmiahnya adalah Luffa acutangula, juga bisa digunakan sebagai antidiabetes. Jadi bagi Anda penderita diabetes, konsumsi oyong atau gambas aman bagi Anda.

Rabu, 14 Agustus 2013

SPK Pertama

“Ayah, bunda baru saja dapat SPK dari penerbit. Isinya tentang royalty yang akan bunda dapatkan jika setuju naskah buku bunda diterbitkan. Gimana nih?” sms Nuri kepada suaminya.
“Emang nominalnya berapa? Sistem royaltinya gimana?” balas Ridwan.
“2 juta rupiah. Beli putus lagi. Gimana? SPK harus segera dibalas.”
Ridwan ternyata keberatan jika naskah istrinya hanya dibayar segitu. Padahal dia tahu untuk mengerjakan naskah tersebut jalan yang ditempuh istrinya lumayan butuh tenaga. Malam-malam melembur untuk mengerjakannya.Menahan kantuk, meminta tolong tetangga untuk membantu membuatkan alat peraganya.
“Coba lobi pihak penerbitnya bisa tidak harganya dinaikkan!” balas Ridwan lagi.
Nuri pun mencobanya. Alhasil, malah dia kena semprot pihak redaksi penerbitnya. Yang katanya dia penulis amatiran, yang katanya dia belum tahu dunia kepenulisan. Ada kecewa dalam benaknya.
“Lihat nih, gara-gara ayah, bunda diolok-olok kayak begini. Padahal bunda kan nanyanya dah baik-baik.”
“Ya udah sekarang enaknya bagaimana? Coba tanya teman bunda yang sudah berkali-kali bukunya diterbitkan, mungkin ada solusi.”
Akhirnya Nuri menghubungi temannya yang penulis juga. Lewat SMS juga karena ada jarak yang memisahkan mereka. Temannya memberi saran agar SPK tersebut diterima saja.
“Sebagai langkah awal, Mbak. InsyaAllah ke depannya Mbak akan produktif. Seneng lho buku bisa terbit itu, karena nembus penerbit itu susah-susah gampang.”
“Iya sih Mbak. Dulu niat awalnya juga memang agar buku saya yang bisa terbit ini bisa bermanfaat. Bisa menginspirasi. Bukan untuk mengejar materi.”
SPK balasan sudah dilayangkan kembali oleh Nuri. Uang royalty juga sudah dia dapatkan dari penerbit. Syukur yang tak terhingga dia panjatkan kepada Allah sebesar-besarnya. Dia tak peduli berapa eksemplar bukunya sudah laku. Nuri hanya berharap bukunya bisa membawa kebaikan kepada orang lain.
“Mbak, saya Desi. Mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi. Alhamdulillah, saya suka sekali dengan buku yang ditulis oleh Mbak Nuri. Sangat membantu skripsi saya. Bisa tanya-tanya lagi tentang isi buku itu Mbak?”
Air mata Nuri langsung pecah. Ya Allah, sebegitunya? Bahagia tumpah ruah mengisi rongga dadanya. Tak bisa berkata-kata. Minggu sore itu benar-benar dia merasakan syukur yang memuncak tiada tara. Dia layani SMS mahasiswa itu dengan senang hati. Ya Allah, benarkah? Seakan Nuri tak percaya. Apalagi di kesempatan lain dia pun pernah mendapatkan SMS yang serupa.
“Siang Mbak. Saya penggemar buku yang ditulis oleh mbak. Adakah versi lain untuk bisa diterapkan di bidang saya?”
Oh, syukur itu kembali menyeruak. Belum lagi teman Nuri yang ada di pulau lain juga minta dikirimi buku tersebut karena di daerahnya, di toko bukunya tak ditemukan buku tersebut.
“Ayah, bunda senang kok buku bunda bisa terbit. Biar bisa menyemangati bunda.”
Ridwan tersenyum. Motivasi yang tinggi pun diberikannya kepada istri tercinta agar ketertarikannya di dunia menulis bisa terus berlanjut dan membawa berkah.
***
Ridwan sedang di luar kota. Nuri selepas mengantar anak sulungnya ke sekolah dan menitipkan adiknya ke tetangga segera meluncur ke stasiun menuju Jakarta. Ada acara yang harus dia ikuti sampai dhuhur tiba. Di tengah-tengah acara Nuri juga nampak sibuk mengontrol anaknya yang diasuh tetangga dan si sulung apakah sudah dijemput atau belum. Pikirannya tak tenang, namun Nuri tetap berkonsentrasi dengan acara yang diikutinya. Lemper, kue sus, aneka kue lainnya tak menarik baginya untuk diincipi. Nuri tak sabar menunggu pengumuman lomba nulis yang diikuti.
“Pemenang kedua dari lomba ini adalah ….,” si MC sengaja membuat jantung lebih berdebar. Dia tidak melanjutkan perkataannya, malah mengatakan bahwa hadiahnya untuk pemenang kedua adalah sebuah gadget senilai 4 juta.
“Ya Allah, alhamdulillah, aku menang juara 2,” Nuri kaget setelah akhirnya namanya disebut. Dia pun langsung mengirim SMS suaminya yang ada di luar kota. Pulang dengan membawa rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan kata-kata.
“Aku akan terus menulis. Lagi dan lagi. Mau dapat uang atau tidak aku tak peduli. Hidup terasa lebih aku nikmati dengan menulis. Moga bermanfaat dan menjadikan pembacanya, termasuk aku yang menulisnya agar lebih baik lagi. Ya Allah, bantu hamba-Mu ini,” doa Nuri.
“Amin! Tapi jangan lupakan aku ya!” tiba-tiba Ridwan muncul di balik kamar. Nuri tersenyum renyah menatap suaminya tercinta.
“Emang kenapa?”
“Kalau sudah nulis susah dibendung.”
Tawa kecil keluar dari mulut Nuri. Ridwan juga nampak bercanda rupanya. Toh, sejak awal menikah Ridwan memang tak pernah melarang Nuri melakukan kesenangannya, asal tak sia-sia. Di dunia dan di akhirat tentunya.
“Semua gara-gara SPK pertama itu, Ayah. Bunda bersyukur banget. Dan ternyata Allah memberikan lebih setelahnya. Bunda jadi bergairah menulis lagi,” Nuri berkata ketika sedang berduaan dengan suaminya di kamar.
“Iya. Siapa yang bersyukur akan ditambah nikmatnya. Tapi bunda harus menjadikan pengalaman sebagai media belajar.”
“Ok!”

Malam semakin gelap. Nuri dan Ridwan akhirnya juga terlelap. Nyamuk-nyamuk malam siap melebarkan sayap. 


Senin, 12 Agustus 2013

Kolak Blonceng? Aneh!

Semua karena kebiasaan. Orang yang terbiasa ngopi tiap pagi sambil baca koran akan terasa aneh jika suatu pagi tak melakukan itu. Bahkan ketika ternyata kopinya habis dibela-belain membelinya meski warung belum buka. Orang yang terbiasa nulis dengan cara kidal juga akan terasa janggal jika tiba-tiba dia disuruh untuk menulis dengan tangan kanan.

Ini tentang kisahku dengan si blonceng. Sejak kecil hingga aku menikah blonceng selalu saja aku santap dalam bentuk sayur.Dihidangkan bersama bayam. Ehm, segarnya. Jadi kangen nih sama blonceng. Namun, di Depok nggak ada yang jual blonceng. Mau nyari sampai ke pasar dan swalayan juga tidak saya temukan tanaman merambat ini.

Ah, bukan. Bukan ini masalahnya. Semenjak peristiwa itu saya tak ingin makan blonceng lagi. Meski ada kangen yang mendera untuk melahapnya.

“Nih, coba rasain!” suami saya menawari semangkuk minuman seperti kolak namun tanpa santan dan berisi sesuatu.
“Apa ini?” tanya saya sambil menunjuk isi mangkuk itu.
“Ini namanya kenthi.”
“Kok kayak blonceng sih?”
“Blonceng?” suami heran karena di daerahnya Lamongan blonceng biasa disebut dengan nama kenthi.
Saya pun mencobanya sedikit. Benar, itu blonceng. Manis sih, tapi karena dalam benak saya blonceng itu dibuat sayuran, saya tak ingin melanjutkan minum kolak blonceng itu. Aneh.
“Gimana? Enak kan?”
“Hi…blonceng kok dibuat minuman kolak kayak gini. Ini mah biasanya dibuat sayur sama bayam. Ayah saja ah yang nerusin habisin minuman ini!”
“Walah, kan dah dibuatin emak.”
“Ogah ah, aneh rasanya.”

Akhirnya, minuman kolak dengan isi irisan kenthi itu, eh blonceng itu dihabiskan suami saya. Sejak saat itu saya enggan makan blonceng meski dimasak sayur dengan bayam ketika pulang kampung ke Kediri. Peristiwa itu masih terngiang.

Blonceng oleh-oleh dari Lamongan

Mau disayur atau dibuat kolak ya? Ehm, dikasihkan ibu saja deh! 

Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon"


Sekilas tentang blonceng:
Blonceng atau lebih dikenal dengan nama Labu air memang selama ini sering diolah menjadi sayuran. Apalagi jika bloncengnya masih muda. Bentuknya ada yang seperti labu ukur di laboratorium, ada juga yang lonjong memanjang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Labu_air)

Ada yang menyamakan blonceng dengan beligo/kundur. Keduanya memang berasal dari ordo dan family yang sama, namun genus keduanya berbeda. Blonceng dikenal dengan nama ilmiah Lagenaria siceraria, sedang beligo dikenal dengan nama ilmiah Benincasa hispida. (http://id.wikipedia.org/wiki/Beligo)

Minggu, 21 Juli 2013

Prompt #21-Cinta Matiku


Sudah sebulan lebih dia tak ada di sisiku. Padahal aku baru saja menemukannya dan belum sempat mengenalnya lebih dekat. Apalagi untuk bisa mendapatkannya aku harus berjuang mati-matian. Banyak saingan.
Maih kuingat lekat dalam memori otakku. Dia memakai baju warna hijau bergambar kupu-kupu. Namun, perpaduan warnanya dengan putih semakin mempercantik warna hijaunya. Berseri dan menggiurkan mata untuk selalu melihatnya. Mungil dan ingin menyentuhnya kulit halusnya.
“Jangan sampai terulang kayak aku, Sas!” tegur temanku ketika mendengar bahwa aku sedang merindukan dia yang sudah sebulan lebih belum lagi bersua.
“Emang kenapa?”
“Aku sudah pernah dibohongi. Uangku diembat sama dia, tak dikembalikannya. Aku tagih juga tak dikembalikannya. Padahal banyak. Kapok aku!”
“Masak sih?”
Temanku yang seangkatan kuliah meski beda jurusan ini mengangguk tanda ingin meyakinkanku. Di lantai dua kami masih melanjutkan diskusi tentangnya. Aku semakin khawatir. Jangan-jangan dia akan berbuat yang sama terhadapku. Wah, ini tak boleh terjadi.
***
Siang itu aku juga tak menemukannya. Di kamar seukuran 2 x 4 meter itu aku juga kehilangan jejaknya. Tentu setelah aku bertanya kepada penghuni lain di kamar itu. “Oh, kemana dia? Aku tak mau kehilangannya. Susah payah aku mendapatkannya,” batinku berkata. Namun, kata-kata temanku masih saja terngiang, menari-nari di kepala seolah enggan pergi.
SMS yang aku layangkan juga tak memberi info dimana keberadaannya sekarang. Dia seolah menghilang, lenyap ditelan bumi. Tak ada kabar. Aku semakin rindu. Membuncah dan melayang. Tak sanggup rasanya jika harus kehilangannya. Mencari yang sama seperti dia belum tentu ada lagi. Dia yang pertama mengisi hati ini. Meliriknya ketika itu sudah membuatku jatuh hati sampai aku harus berkata,”Ya, aku harus memilikinya.”
Tak kenal menyerah, aku pun menuliskan sepucuk surat tentang kerinduanku kepadanya. Lama sudah jemari ini tidak memegang pena untuk menulis, akhirnya menorehkan kata-kata yang coretannya tak cukup bagus, namun masih bisa dibaca. Ah, yang penting isinya. Aku ingin melalui surat itu kerinduanku terungkap. Kangennya bisa diketahui dengan jelas, dan dia akan kembali kepadaku.
Lel, maaf ya, bukuku masih ada di kamu kan? Aku sekarang lagi pingin membacanya nih. Aku harap kamu nggak menghilangkannya, soalnya buku itu aku beli dengan hasil jerih payahku sendiri. Tahu sendiri kan, ketika itu aku bisa membelinya, namun belum tentu sekarang aku bisa membelinya lagi karena bisa jadi sudah nggak terbit lagi. Meski itu hanya 20 ribu harganya, tapi aku suka buka itu. Karena buku itu aku nggak jajan seminggu ini karena uangnya aku kumpulin untuk beli buku itu. Maaf ya, moga kamu nggak marah ya?
Salam hangat,
Sasti
Syukurlah, suratku sampai ke tangannya dan buku mungil dengan cover tebal warna hijau putih itu kembali bisa aku baca. 


*421 kata 

Rabu, 03 Juli 2013

Matematika Itu Indah (Bagian 2)-Ada Allah dalam Bilangan Prima


Siang itu sang guru matematika sedang mengajarkan bilangan prima. Agar anak-anak kelas IV tertarik maka sang guru mengajak siswanya berdiri dan berhitung mulai dari 2. Ternyata ada 33 siswa yang hadir.
“Yang merupakan kelipatan 2 selain 2 silakan balik kanan. Kalau sudah balik kanan tidak boleh balik kanan lagi,” instruksi bu guru.
“Yang merupakan kelipatan 3 selain 3 silakan balik kanan. Kalau sudah balik kanan tidak boleh balik kanan lagi.”
“Yang merupakan kelipatan 5 selain 5 silakan balik kanan. Kalau sudah balik kanan tidak boleh balik kanan lagi.”

Dan ternyata bilangan 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, dan 31 yang disebut anak-anak yang tidak balik kanan. Sang guru pun menuliskannya di papan tulis urut ke bawah, lalu menanyakan faktor bilangan tersebut. Ternyata ke-11 bilangan tersebut hanya mempunyai tepat 2 faktor saja yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.
“Ada yang tahu ini namanya bilangan apa?” sang guru bertanya. Semua siswa tak ada yang bisa menjawab. Akhirnya sang guru memberitahu bahwa bilangan tersebut namanya bilangan prima.
“Ada gunanya bilangan prima?” tanya seorang siswa.
“Banyak, bisa dipakai untuk mendeteksi keaslian tanda tangan digital. Bisa juga untuk memahami bahasa alien di luar angkasa sana. Dan yang lebih penting lagi Nak, coba perhatian faktornya. Hanya ada 2 yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. 2 tidak akan bisa jadi 2 jika tidak dikalikan 1. Demikian juga 3, 5, dst. Sama seperti manusia. Kamu semua, Anton, Faisal, Ninik, dan lainnya tidak akan pernah ada jika tidak ada bilangan 1 ini. Siapakah 1 ini?”
“Allah ya?”
“Yup, benar sekali. Luar biasa. Allah lah yang menciptakan kita semua. Bersyukurlah kepadanya!” sang guru menegaskan.

Semua siswa mengangguk dan tertegun paham. Ternyata, ada Allah dalam bilangan prima yang baru saja mereka pelajari.

Senin, 01 Juli 2013

Bidan Ramah, Ibu Hamil Betah (Tulisanku Masuk Jawa Pos, Gagasan, 24 Juni 2013)


“Ayo sini timbang badan terus rebahan. Duh, sayang posisi kamu sudah bagus banget nih, Ngejan sebentar brojol. Bantu bunda kontraksi ya. Yuk kita pijat sebentar biar tenang,” seorang bidan cantik, ramah mengajak ngobrol janin saya. Saya yang mendengarnya saja terharu. Bahkan sampai menitikkan air mata. Apalagi ketika pijat endorphin, kata-kata positif dari Bu bidan malah menderaskan air mata. Tak cukup sekali, bulan depannya, ketika usia kehamilan sudah hampir 38 minggu saya pun periksa ke bu bidan tersebut. Meski ada kabar buruk tentang kehamilanku, tapi apa yang dilakukan bu bidan bisa menenangkanku kembali. Resep-resep yang dituturkannya tanpa menunggu lama saya lakukan.
Bu bidan ini juga sangat menjaga komunikasi dengan pasien yang datang ke rumahnya. “Ini mbak saya kasih kartu nama saya. Jika ada apa-apa, mau tanya apa saja boleh SMS saya.” Ternyata, menjelang detik-detik HPL (Hari Prediksi Lahir), Bu Bidan dengan senang hati melayani SMS saya, bahkan mencarikan referensi dokter yang enak untuk dimintai pendapat dan tempat melahirkan yang nyaman. Bayangkan saja, meski saya tidak ada rencana melahirkan di bu bidan tersebut, namun perempuan mulia itu tak sakit hati. Bahkan kerjasama yang baik ditunjukkan ketika saya mengalami kegelisahan dikarenakan hasil USG di dua tempat berbeda. Menghibur dan menenangkan hati saya. Lewat SMS. Pernah juga saya konsultasi ke rumah beliau dan saya tidak dipungut biaya sama sekali.

Sungguh, Bu Bidan yang luar biasa. Ramah hingga ibu hamil betah, sebagai refleksi memperingati Hari Bidan Indonesia, 24 Juni.

(aslinya begini, yang di koran sudah diedit sama pihak Jawa Posnya)

Matematika Itu Indah (Bagian 1)-Mengenal Allah Melalui Bangun Datar


“Anak-anak, coba dari 4 korek api ini buat bangun persegi. Bisa?” tanya bu guru.
“Bisa Bu! Gampang banget.”
“Subhanallah. Sekarang ada 3 korek api, bisakah dibuat bangun segitiga?”
“Bisa Bu! Ini dia!”
“Sekarang, coba dari bangun datar yang kamu buat itu, untuk yang persegi ambil korek apinya 1 dan yang segitiga juga ambil 1 korek apinya.”
“Sudah Bu.”
“Apa yang terjadi?” tanya bu guru.
“Ya nggak jadi persegi, ya nggak jadi segitiga lagi.”
“Berarti bagaimana kesimpulannya?”
Seorang siswa menjawab bahwa untuk membentuk persegi dan segitiga korek api yang diambil harus dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Tak ada itu, korek api yang masih tersisa tak bisa disebut bangun persegi dan segitiga.

Bu guru mengacungkan jempolnya. Sip. Ok. Good. Luar biasa. Anak-anak akhirnya tahu bahwa keberadaan korek api (dalam hal ini korek api disebut sebagai sisi) sangat berarti bagi persegi dan segitiga. Di akhir pembelajaran bu guru mempertegas,”Begitulah Allah anak-anakku semua. Yang Maha Melengkapi semua yang ada di dunia ini. Ada anak laki-laki maka ada pula anak perempuan. Ada yang tua, maka ada pula yang muda. Ada yang kuat maka ada pula yang lemah. Ada yang miskin maka ada pula yang kaya. Nah, semuanya saling bekerja sama, saling melengkapi. Seperti halnya korek api tadi. ”

Giginya Bukan Tinggal Dua

“Giginya tinggal dua!” sang cucu selesai bernyanyi lagu burung kakak tua.
“Enak aja, kalau nyanyi jangan ngawur, Nduk!” sahut sang nenek.
“Kan emang begitu lagunya, Nek. Ibu yang ngajari gitu! Bu guru di TK juga begitu!”
“Coba sini Nduk, hitung gigi nenek sekarang, ada berapa coba!” tantang si nenek.

Sang cucu mendekat perlahan. Dia terpingkal-pingkal karena ternyata gigi neneknya malah tinggal satu saja.

Minggu, 16 Juni 2013

Tiga Puluh Tiga Ribu Rupiah, Lebih Murah!

Asap mengepul ke mana-mana. Banyak laki-laki di sekitarku. Yang perempuan juga banyak. Nada kecewa dan jengkel nampak di raut wajah dan omongan mereka. Satu jam lewat belum ada tanda-tanda dimulainya acara yang baru pertama kali ini aku mengikutinya.
“Ya Allah aku hanya ingin menjadi warga yang bertanggung jawab saja. Tapi kok ya lama amat nih. Mana perut lagi buncit, anak yang sulung dititipin ke tetangga lagi,” gerutuku ketika pusing kepala sudah mendera.
Andai! Andai Sabtu itu aku tak buru-buru. Ah, mengapa harus begitu? Lampu motor tak nyala memang kelupaan kok tak dinyalakan. Pantas saja, akhirnya Pak Polisi melambaikan tangannya memintaku minggir.
“Mbak,besok Jumat ditunggu kehadirannya ya jam 8 pagi.”
“Ehm, ngapain Pak?”
“Ambil SIM-nya!”
Aduh, diapakan ya kira-kira? Tak terbayang sama sekali. Kata suami disuruh datang saja. Paling hanya begitu saja. Tak perlu dikhawatirkan.
“Aduh, lama ama sih! Nggak tahu apa ni telat berangkat kerja!” orang di sebelahku berdiri mengomel-omel.
“Mbak, salahnya apa sampai ditilang?” tanya bapak di belakangku kepada perempuan di sebelahnya.
“Alah, cuma lampu motor nggak dinyalain Pak. Saya bayar di tempat nggak mau polisinya. Mintanya saya datang ke sini. Kena berapa ya Pak?” tanya perempuan berambut panjang itu. Kebetulan kasusnya sama denganku.
Semua orang di ruang 3 segera berdiri. Bahkan desak-desakan karena sempit. Jumlah pelanggar lalu lintas banyak. Asap rokok dan bau keringat semakin menambah pusing kepalaku. Ingin rasanya aku jadi orang pertama yang disidang agar aku cepat pulang. Pak Hakim dan krunya sudah siap ditempat dan memulai persidangan. 
“Henny Ika Puspitarini, Tosaren Kediri!” suara hakim lantang terdengar.
“Ada Pak!” aku menjawab dan segera maju ke depan. Tanda tangan, ambil SIM, dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Lalu aku pulang.
“Kena berapa, Bunda?” tanya Mbak Nur yang ngemong anakku.

“Lebih murah kok daripada bayar di tempat ketika tilang. Hanya 33 ribu,” jawabku sambil nyengir.

*293 kata

Digundul Saja, Bunda!


Anak sulungku ini diam-diam ternyata menyimpan energi kreatif yang luar biasa. Ya, memang kreatif tak harus atraktif. Keramas adalah hal yang paling tidak disukai Qowiyy, anakku ini. Jika diajak untuk keramas sore hari ketika mandi dia selalu menjawab,”Besok pagi saja!” Ketika pagi diingatkan kembali dia pun berujar,”Ntar sore aja!” Oalah, terus kapan keramasnya?
Apalagi sejak suatu Minggu Qowiyy diajak ayahnya potong rambut sampai hampir gundul plontos. Tambah susah keramasnya. Entahlah, anak laki-lakiku ini takut sekali untuk keramas. Padahal anaknya doyan main air, tapi kalau urusan keramas, aku dan suami harus ekstra keras merayunya dengan lembut agar rambutnya tak apek dan bau. Eh, ketika kepalanya gundul tak ada rambutnya, malah lebih susah.
Begini katanya. “Bunda, enak gundul Mas Qowiyynya!” katanya senang. “Emang kenapa kalau gundul?” tanyaku heran. “Enak, biar nggak usah keramas. Kan nggak ada rambutnya.” Aku tertawa terpingkal-pingkal. Tak menyangka anakku yang berusia 3 tahun ini menjawab seperti itu. Ada-ada saja. Tapi aku bangga. Anakku kreatif menyelesaikan masalahnya soal keramas.
Tapi, ini tetap masalah bagiku tentunya. Akhirnya, dia aku ajari senam ketika mau keramas. Ya, senamnya dengan kata-kata “diam, merem, menunduk” terus diikuti gerakan. Aku contohkan sih, Qowiyy mengikuti. Ketika sudah menunduk aku guyur rambutnya dengan air. Qowiyy jadi tahu bahwa dengan menunduk dan mata tertutup ditambah diam, air akan tetap mengucur ke bawah, tidak membuat matanya perih dan mulutnya minum air. Keramas kini tak menakutkan lagi meski terkadang masih enggan Qowiyy melakukannya.

Dia tetap saja berkata,”Bunda digundul saja kepalanya, biar nggak keramas lagi!” Qowiyy, Qowiyy lucu sekali sih …

(Ini tulisan aslinya, yang dimuat sudah dimuat sama redaksinya ...)

Minggu, 09 Juni 2013

Balita Perlu Belajar Berhitung (Tulisanku yang dimuat di Tribun Kaltim 9 Juni 2013)

            Selama ini banyak orang tua semakin paham dan akhirnya berbondong-bondong mencari sekolah yang tidak mengajari anaknya belajar berhitung yang biasanya sepaket dengan membaca dan menulis. Terlalu dini sehingga khawatir menuai bosan ketika semestinya si anak akan belajar nantinya. Padahal berhitung itu sangat penting bagi kehidupan meskipun itu bagi anak balita.
            Anak menginjak usia dua tahun biasanya sudah sangat familiar dan mengerti makna kata tanya termasuk kata “berapa”. Bahkan anak-anak sering bertanya ketika didapatinya kue di piring dengan pertanyaan,”Kuenya ada berapa?” Atau tatkala si ibunya sendiri bernyanyi lagu “2 mata saya”, si kecil kembali bertanya,”Mata ada berapa?” Tentu saja pertanyaan ini harus mendapatkan jawabannya. Mereka tidak akan berhenti bertanya sebelum memperolehnya. Bahkan cenderung mengejar dengan pertanyaan serupa. Pun, anak seusia segitu rata-rata juga memahami makna kata “banyak” dan “sedikit”. Lucu bukan jika seorang anak bertanya,”Bunda, ini rotinya banyak atau sedikit? Kalau sedikit, itu ada berapa?” tapi terus tak mendapatkan jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya? Padahal tabiat anak selalu saja ingin tahu. Mengekplor apa yang ada dalam jangkauan inderanya. Dan rasa ingin tahu yang besar ini merupakan fondasi mereka untuk kreatif. Maka, balita perlu belajar berhitung.
            Sederhana saja mengajarinya. Bilangan yang ingin dikenalkan pun yang kecil-kecil saja. Segala aktivitas yang dilakukan anak bisa dijadikan sumber bermain sambil belajar. Ketika anak berhasil memasukkan kancing bajunya sekali, orang tua bisa berkata,”Nak, itu 1 kancing” sambil menunjuk kancingnya. Saat naik tangga perosotan anak diajak berhitung banyak anak tangga yang dinaiki, ketika anak memegang roti di kedua tangannya pun ajak mereka menghitungnya. Bermain di alam juga bisa menjadi sarana belajar matematika untuk balita. Memunguti daunan yang kuning dan kering dan membuangnya ke tong sampah bisa menjadi sarananya. Anak memungut 1 daun, sang ibu berujar,”Satu.”

            Berhitung untuk anak balita penting. Bukan pada urutan 1, 2, 3, dst atau bagaimana simbol bilangan itu dituliskan, namun berhitung yang disesuaikan dengan makna semestinya dalam kehidupan sehari-harinya. Bahkan ketika si anak mendapati sepatunya yang mau dipakai tinggal satu, dia tidak akan diam saja. Dia kemudian bertanya,”Sepatu yang satunya lagi dimana?” Lagi-lagi, secara tak sadar anak pun belajar berhitung meski sederhana dan tak terpikirkan sebelumnya. Bermain dan suasana menyenangkan membuat balita menumbuhkan kecintaan mereka terhadap berhitung.

Jumat, 07 Juni 2013

Matematika Itu Otak Kanan Lho!

Otak kiri. Ya, itu yang sering terdengar bahkan selalu orang mengatakan kalau matematika full otak kiri. Segalanya sudah pasti dan tidak bisa ditolerir lagi. Tapi, ada kekaguman tersendiri ketika melihat ada fakta seperti ini.



Tak terbayang, bukan anak kelas 5 SD yang belum diajari tentang akar kuadrat bisa menjawab soal seperti ini? Gurunya saja heran ketika itu diwawancari. Betapa ada kebahagiaan sendiri siswanya bisa menyelesaikan masalah seperti itu.
Apa rahasianya? Kebebasan. Dari jawaban anak-anak ini ada 2 kebebasan yang nampak. Yang pertama dari segi gurunya. Sang guru bebas membuat soal. Beliau tak lagi membuat soal dengan seperti ini “Berapakah akar 400?”, atau sang guru hanya bertanya mana yang lebih tinggi dari 2 orang saja, tapi dengan yang lebih menantang dan menimbulkan keheranan siswa untuk menjawabnya. Dan yang kedua kebebasan siswa untuk menjawabnya. Lihat, bagaimana cara siswa menjawabnya. Otak kanan mereka akhirnya bekerja sehingga jawaban yang tak dinyana keluar dengan indahnya.
Kok bisa sih anak-anakseperti itu? Ya bisa lah! Anak-anak sebenarnya seniman ulung yang luar biasa. Dalam otaknya tersimpan ide kreatif yang jika dilecut akan keluar dengan dahsyatnya. Jiwa seni ini akan mati manakala lingkungan tak mendukungnya. Termasuk guru.
Kebanyakan sampai sekarang guru matematika masih dominan otak kirinya. Sang guru kelas lima di atas sebelumnya demikian halnya. Namun, keinginannya yang kuat untuk berubah menjadikan guru tersebut semakin dicintai siswanya. Awalnya siswa kelas 5 ketika diberikan soal semacam di atas sebelumnya hasilnya juga masih “nol”,tidak ada yang benar dari segi jawaban akhir, namun mereka mulai nampak bisa mengeluarkan uneg-uneg dan cara yang bisa dipikirkannya untuk menyelesaikannya. Cara yang tak biasa, cara yang tak terduga akan ada. Meski salah hasil akhirnya, tidaklah mengapa. Namun, dengan sering latihan (sang guru memberikan soal semacam itu hanya ketika masuk konsep baru saja, bukan sebagai ulangan sehingga tidak terlalu menakutkan bagi siswa) siswa akhirnya bisa. Otak kanan mereka terasah, lebih kreatif menyelesaikan masalah yang ada. Termasuk matematika.
Guru matematika yang masih dominansi otak kirinya adalah tugas bersama. Pemerintah pun akan berusaha mengubah mind set matematika menjadi seimbang antara otak kanan dan otak kirinya. Karena sebenarnya matematika adalah bahasa universal.
Faktanya pula, siswa yang hanya pandai berhitung saja bukan jaminan dia akan bisa dengan mudah menyelesaikan masalahnya manakala guru tidak mengimbangi dengan soal sejenis di atas. Pernah sebuah sekolah melakukan tes hitung cepat dan tes yang sifatnya seperti soal di atas (derajat soal malah lebih mudah dari soal di atas). Hasilnya untuk tes hitung dasar siswa berhasil mengerjakannya dengan baik, namun tes yang satunya, rata-ratanya hanya 6 sekian. Dalam hidup, pada akhirnya memang keduanya memang harus sama-sama dikuasai. Keduanya bersifat komplementer. Bukan saling meniadakan. Hitung dasar sebagai alat, konsep sebagai cara penyelesaian masalahnya.
Otak kanan dengan matematika? Bisa, dan sangat bisa. Pantun ini bisa menjadi bukti pula.

Is it a decimal or is it a fraction,
Should I divide or use subtraction?

Can anyone tell me what is this shape,
Do we use a ruler or maybe a tape?

One hundred centimetres make one metre,
How many millilitres to a litre?

Push the buttons on a calculator,
Teacher shouts 'Use your brains!' - you'll need them later.

Three times six, find the factor,
(But not using a protractor)




Selasa, 04 Juni 2013

Beda Standar

“Ah, ayah gimana sih, jaket kan bukan di sini tempatnya! Yang begini bisa ditiru anak! Ngasih contoh anak yang benar dong!” Lisa kembali ngomel-ngomel ketika melihat suaminya pulang kerja, merasakan kepayahan yang mendera, langsung menaruh jaket di atas meja ruang tamu. Ruang tamu? Entahlah apa namanya. Lisa dan suaminya saat ini masih mengontrak sebuah rumah petak di sebuah kota yang padat penduduknya. Kecil, seukuran rumah tipe 21. Tak jelas apakah ruang kecil di bagian depan rumah itu bisa layak disebut ruang tamu. Tidur saja juga disitu. Mungkin tepatnya, ruang serba guna. Di rumah petak ini pula Lisa dan suaminya berusaha mendidik anaknya dengan sebaik-baiknya.

Yang Mau Kirim ke Media, Ini Alamatnya!

Moga bermanfaat ... semoga semakin semangat menulis ... media? Siapa takut!
1. Majalah wanita muslimah: PARAS, rubrik renungan (semacam kisah hikmah/inspiratif tema bebas) pjg max 3000karakter (TNR, 12pt, 2 hlmn, spasi ganda, A4). sertakan identitas lengkap, tc KTP dan no telp krm via email : majalahparas@yahoo.com. yg dimuat dpt hadiah paket cantik dari Bilqis senilai 500rb
2. Redaksi IRFAN menerima tulisan dari luar untuk rubrik-rubrik berikut ini:
1. Cerpen
Ketentuan:
- Tema cerpen berisi hal-hal yang dapat membangun jati diri anak Indonesia
- Bernuansa Islami meskipun tidak harus melulu dengan simbol-simbol Islam.
- Panjang naskah 600-700 kata (cek word count)
2. Flora
Berisi informasi populer dan menarik tentang dunia tumbuhan.
Ketentuan naskah:
- Diutamakan memiliki unsur keunikan tertentu yang menambah pengetahuan baru.
- Panjang naskah 500-700 kata
- Lebih disukai bila naskah disertai foto-foto penunjang, dengan besar file masing-masing foto minimal 400 KB.
- Sertakan keterangan kepemilikan copyright atau sumber jika menggunakan foto hasil karya orang lain.
3. Fauna
Rubrik yang memberikan informasi populer dan menarik tentang dunia hewan.
Ketentuan naskah:
- Diutamakan memiliki unsur keunikan tertentu yang menambah pengetahuan baru.
- Panjang naskah 500-700 kata
- Lebih disukai bila naskah disertai foto-foto penunjang, dengan besar file masing-masing foto minimal 400 KB.
- Sertakan keterangan kepemilikan copyright atau sumber jika menggunakan foto hasil karya orang lain.
4. English Story
Cerita sederhana dalam bahasa Inggris yang bertujuan mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak-anak (target pembaca kelas 3 SD ke atas).
Ketentuan:
- Panjang naskah 400 – 600 kata
- Menyertakan terjemahan daftar kata sulit
5. Reportase Cilik
Pengisi rubrik ini khusus hanya anak-anak usia SD. Bertujuan untuk melatih kemampuan merangkum pengalaman dan fakta dalam bentuk tulisan.
2
Ketentuan:
- Panjang naskah 500-700 kata
- Berisi berita ringan tentang pengalaman kunjungan ke tempat-tempat yang menarik seperti museum, tempat bersejarah, wisata alam, sekolah, dan sejenisnya.
- Disertai file foto-foto penunjang dalam format asli (bukan hasil cropping)
- Disertai keterangan kepemilikan copyright foto.
Silakan kirim naskah terbaik Anda ke redaksi@majalahanak-irfan.com.
CATATAN:
1. Naskah dikirim dalam attachment (bukan di badan email)
2. Cantumkan nama rubrik dan judul naskah sebagai subject email supaya redaksi lebih mudah mengklasifikasikan naskah.
1. Republikasekretariat@republika.co.id, aliredov@yahoo.com
Tidak ada pemberitahuan dari redaksi terkait pemuatan cerpen. Sudah lama tidak memuat puisi. Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), tetapi—pengalaman beberapa rekan penulis, harus sabar menagih ke redaksi beberapa kali agar segera cair.
2. Kompasopini@kompas.co.id, opini@kompas.com
Ada konfirmasi pemuatan cerpen/puisi dari redaksi via email. Honor cerpen Rp. 1.100.000,- (tanpa potong pajak), honor puisi Rp. 500.000,- (tanpa potong pajak–referensi Esha Tegar Putra), seminggu setelah pemuatan, honor sudah ditransfer ke rekening penulis.
3. Koran Tempoktminggu@tempo.co.id
Biasanya Nirwan Dewanto—penjaga gawang rubrik Cerpen Koran Tempo, meng-sms penulis terkait pemuatan cepen/puisi jika penulis mencantumkan nomer hp di email pengiriman. Honor cerpen tergantung panjang pendek cerita, biasanya Rp. 700.000,-  honor puisi Rp. 600.000,- (pernah Rp. 250.000,- s/d Rp. 700.000, referensi Esha Tegar Putra), ditransfer seminggu setelah pemuatan.
4. Jawa Possastra@jawapos.co.id
Jawa Pos menerima karya-karya pembaca berupa cerpen dan puisi atau sajak. Cerpen bertema bebas dengan gaya penceritaan bebas pula. Panjang cerpen adalah sekitar 10 ribu karakter. Honor cerpen Rp. 900.000,- (potong pajak), honor puisi Rp. 500.000,- (referensi Isbedy Stiawan Zs), ditransfer seminggu setelah cerpen/puisi dimuat.
5. Suara Merdekaswarasastra@gmail.com
Kirimkan cerpen, puisi, esai sastra, biodata, dan foto close up Anda. Cerpen maksimal 9.000 karakter termasuk spasi. Honor cerpen Rp. 350.000,- (potong pajak), honor puisi Rp. 190.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen. Bisa diambil langsung ke kantor redaksi atau kantor perwakilan redaksi di kota Anda—jika ada.
6. Suara Pembaruankoransp@suarapembaruan.com
Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
7. Suara Karyaredaksi@suarakarya-online.com, amiherman@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 150.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
8. Jurnal Nasionaltamba@jurnas.com, witalestari@jurnas.com
Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
9. Seputar Indonesiaredaksi@seputar-indonesia.com, donatus@seputar-indonesia.com
Tidak setiap hari Minggu memuat cerpen. Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), honor puisi Rp. 190.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
10. Pikiran Rakyatkhazanah@pikiran-rakyat.com, ahda05@yahoo.com
Cerpen tayang per dua mingguan. Honor cerpen Rp. 350.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
11. Tribun Jabarcerpen@tribunjabar.co.id, hermawan_aksan@yahoo.com
Selain ada cerpen berbahasa Indonesia setiap Minggu, juga ada cerpen bahasa Sunda setiap hari Kamis bersambung Jumat. Honor cerpen Rp. 200.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
12. Kedaulatan Rakyatredaksi@kr.co.id, jayadikastari@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 400.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
13. Joglo Semar (Yogyakarta)
harianjoglosemar@gmail.com
Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
14. Minggu Pagi (Yogyakarta)
we_rock_we_rock@yahoo.co.id
Terbit seminggu sekali setiap Jumat. Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi viaemail/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
15. Surabaya Postredaksi@surabayapost.info, surabaya_news@yahoo.com, zahira@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 150.000,- (potong pajak) hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
16. Radar Surabayaradarsurabaya@yahoo.com, diptareza@yahoo.co.id
Honor cerpen Rp. 200.000,- (potong pajak) hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
17. Lampung Postlampostminggu@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 200.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, bisa diambil langsung ke kantor redaksi atau minta tolong teman yang ada di Lampung untuk mengambilkan ke kantor redaksi.
18. Berita Pagi (Palembang)huberitapagi@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
19. Sumatera Ekspres (Palembang)citrabudaya_sumeks@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
20. Padang Ekspresyusrizal_kw@yahoo.com, cerpen_puisi@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- s/d Rp. 125.000,- honor puisi Rp. 75.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, bisa diambil langsung, atau minta tolong teman mengambilkan honor ke kantor redaksi.
21. Haluan (Padang)nasrulazwar@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 150.000,- honor puisi Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
22. Singgalang (Padang)hariansinggalang@yahoo.co.id, a2rizal@yahoo.co.id
Honor cerpen Rp. 50.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
23. Riau Posbudaya_ripos@yahoo.com, habeka33@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
24. Sumut Posredaksi@hariansumutpos.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
25. Jurnal Medannasibts@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
26. Analisa (Medan)rajabatak@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
27. Sinar Harapan redaksi@sinarharapan.co.id, blackpoems@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
28. Jurnal Cerpen Indonesiajurnalcerpen@yahoo.com, jurnalcerita@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 250.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
29. Majalah Horisonhorisoncerpen@gmail.com, horisonpuisi@gmail.com
Honor cerpen Rp. 350.000,- honor puisi tergantung berapa jumlah puisi yang dimuat, biasanya dikirimi majalahnya sebagai bukti terbit. Hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi, dan kadang honor dikirim via wesel jika tidak ada nomer rekening.
30. Majalah Esquire cerpen@esquire.co.id
Honor cerpen Rp. 1.000.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
31. Majalah Sabili elkasabili@yahoo.co.id
Honor cerpen Rp. 200.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
32. Majalah Suara Muhammadiyah redaksism@gmail.com
Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
33. Majalah Ummikru_ummi@yahoo.com
Syarat pengiriman: maksimal 5000 karakter.
Tema cerpen seputar keluarga dan rumah tangga. Honor cerpen Rp. 250.000,-  ditransfer paling telat satu bulan setelah pemuatan.
34. Majalah Kartiniredaksi_kartini@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 400.000,- Sebulan setelah pemuatan honor ditransfer ke rekening penulis.
35. Majalah Aliamajalah_alia@yahoo.com
Honor cerpen Rp. 300.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
36. Majalah Feminakontak@femina-online.com, kontak@femina.co.id
Honor cerpen Rp. 850.000,- dan cair seminggu setelah dimuat.
37. Majalah Sekarsekar@gramedia-majalah.com, majalahsekar@gmail.com
Honor cerpen Rp. 400.000,- dibayar sebulan setelah majalah terbit.
38. Majalah Storystory_magazine@yahoo.com
Tema cerpen khas ala remaja/teenlit. Konfirmasi pemuatan cerpen via telepon dari redaksi Story. Antrian pemuatan panjang, bisa 6 bulan sampai setahun. Honor cerpen Rp. 250.000,- maksimal sebulan setelah pemuatan honor sudah ditransfer ke rekening penulis.
39. Majalah Gadisredaksi.gadis@feminagroup.com
Tema cerpen khas ala remaja/teenlit. Honor untuk Percikan (cerpen mini tiga halaman) Rp. 500.000,- Honor untuk Cerpen Rp. 850.000,- ditransfer seminggu setelah majalah terbit.
40. Majalah Annida-onlinemajalah_annida@yahoo.com
Ada konfirmasi pemuatan cerpen via email redaksi Annida-online. Honor cerpen Rp. 50.000,- honor epik (cerita kepahlawanan) Rp. 100.00,- maksimal sebulan setelah pemuatan honor sudah ditransfer.
41. Majalah Bobo bobonet@gramedia-majalah.com
Honor cerpen Rp. 250.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
42. Kompas khusus Cerpen Anakopini@kompas.co.id, opini@kompas.com
Pada subjek email ditulis CERPEN ANAK: JUDUL CERPEN. Honor cerpen Rp. 300.000,- Resensi buku anak honor Rp. 250.000,- Honor cair tiga hari setelah pemuatan.
43. Tabloid Novanova@gramedia-majalah.com
Honor cerpen Rp. 400.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.
Alamat & keterangan Media yang memiliki rubrik cerpen, puisi dan opinihttp://sembilanhuruf.blogspot.com/2013/03/alamat-keterangan-media-yang-memiliki.html
TIPS KHUSUS MENGIRIM TULISAN KE MEDIA MASSA KORAN HARIAN SURAT KABAR
I.A. MENGIRIM TULISAN KE KORAN KOMPAS
1. Panjang artikel: antara 800 s.d 1000 kata.2. Alamat email: kompas@kompas.com, opini@kompas.com, opini@kompas.co.id3. Honor artikel: sekitar Rp 1 (satu) juta.4. Agar dimuat : selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di kompas; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional. 
I.B. MENGIRIM TULISAN KE HARIAN JAWA POS
1. Panjang artikel: 850 kata2. Alamat email: editor@jawapos.co.id 3. Honor artikel: Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)4. Agar dimuat: Agar dimuat : selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Jawa Pos; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional. 
I.C. MENGIRIM TULISAN KE HARIAN THE JAKARTA POST
1. Panjang artikel: Hendaknya tidak lebih dari 1000 (seribu) kata. 2. Alamat email: editorial@thejakartapost.com, opinion@thejakartapost.com, jktpost2@cbn.net.id3. Honor artikel: Sekitar USD 100 (atau Rp. 800.000) 4. Agar dimuat: (a) tulis dalam bahasa Inggris (artikel dalam bahasa Indonesia terkadang dimuat asal sangat bagus -- tentu saja setelah diterjemah oleh editornya); (b)komentar dari Editorial sebelumnya; (c) mengandung unsur baru.
I.D. MENGIRIM TULISAN KE KORAN TEMPO
1. Panjang artikel: Antara 800 sampai 1000 kata.2. Alamat email: koran@tempo.co.id 3. Honor artikel: Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah)4. Agar dimuat : selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Koran Tempo; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional. 
I.E. MENGIRIM TULISAN KE HARIAN REPUBLIKA
1. Panjang artikel: 800 s.d. 12002. Alamat email: sekretariat@republika.co.id3. Honor artikel: Rp. 400.0004. Agar dimuat: selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Koran Republika; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional. 
I.F. MENGIRIM TULISAN KE KORAN SINDO (SEPUTAR INDONESIA)
1. Panjang artikel: 500 s.d. 10002. Alamat email: redaksi@seputar-indonesia.com3. Honor artikel: Opini dan Kolom Budaya 400 ribu. Resensi buku 200 ribu. Cerpen 400 ribu. 4. Agar dimuat: selain yang disebut dalam tips umum di atas, (a) ikuti gaya tulisan opini di Koran Sindo; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
nambahin info ya :
Kata Hati ( majlah sekar, 500, font arial, ukuran 10, spasi single
cernak kompas ( 4-5 hal, 2 spasi, uk font 12, TNR )
Nuansa Wanita Ummi ( 500, 1,5 spasi, )
radar Cianjur artikel ( 700, 2 spasi, TNR )
dari POTRET media perempuan kritis dan cerdas, menerima segala bentuk artikel; opini, feature, dll. Syarat tulisan maksimal 800 kata, boleh dalam bentuk tulisan tangan atau ketikan komputer dengan menyertakan foto ke alamat redaksi Jln. T. Panglima Nyak Makam Desa Pango Raya, Banda Aceh 23001 Indonesia. Email: potret.ccde@gmail.com telp. 0651-7428446
MAJALAH KARTINI
Redaksi menerima kiriman naskah yang sesuai dengan misi Majalah Kartini. Kirim naskah ke alamat email : redaksi_kartini@yahoo.com disertai identitas penulis serta nomor rekening. Bagi yang karyanya dimuat akan mendapat honorarium.
MAJALAH POTRET
menerima artikel/tulisan karya anda. Bentuk artikel : Opini, Feature, Cerpen, Puisi, Cerita pengalaman pribadi dan lain-lain. Silahkan kirim artikel/tulisan karya anda ke alamat redaksi : Jalan T. Panglima Nyak Makam Desa Pango Raya Banda Aceh 23001, Indonesia. Telp. 0651-7428446, atau Email : potret.ccde@gmail.com. Tulisan yang dikirim ke POTRET belum/tidak sedang dikirim ke media lain. setiap tulisan yang dimuat akan mendapatkan honor yang layak.
Ayahbunda (Femina Group)
Alamat Redaksi:
Jl. H.R. RasunaSaid Blok Bkav.32-33
Jakarta 12910
Telp. (021) 5209370 begin_of_the_skype_highlighting            (021) 5209370      end_of_the_skype_highlighting,5253816, 5266666
Fax.(021) 5209366, 562131
Email: info@ayahbunda-online.com
Dewi (Femina Group)
Alamat Redaksi:
JL HR RasunaSaid Blok B Kav. 32-33
Jakarta 12910
Fax.(021) 5209366, 526 2131
Email : redaksi@feminagroup.com
Majalah Aneka Yess
-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda-Sertakan pernyataan cerpen orisinil dan belum pernah dipublikasikan-Kirim ke alamat: Jl Salemba Tengah No 58 Jakarta Pusat 10440 atau email: aneka@indosat.net.id
Majalah Kawanku
-Cerpen dengan jumlah karakter 9100 termasuk spasi-Ketik spasi double-Kirim ke alamat email: kawanku-mag@gramedia-majalah.com, cerpenkawanku@gmail.com-Cantumkan identitas lengkap, alamat, dan nomor rekening
Majalah Gadis
-Tulisan untuk rubrik Obrolan, Kuis, Cinta dengan panjang 3-4 halaman folio spasi ganda
-Tulisan untuk rubrik Percikan (cerpen mini) dengan panjang 2 halaman folio spasi ganda-Tulisan untuk rubrik cerpen dengan panjang 6-7 halaman folio spasi ganda-
Kirim ke alamat Redaksi Majalah Gadis: Jl HR Rasuna Said Blok B Kav 32-33 Jakarta 12910, email: info@gadis-online.com-Tulis identitas lengkap dan nomor rekening-Cantumkan nama rubrik di kiri atas amplop
Majalah Hai
-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda-Kirim ke alamat: Gedung Gramedia Majalah Unit I Lt.1, Jl Panjang No 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530-Alamat email: hai_magazine@gramedia-majalah.com
Majalah Teen
-Kirim cerpen maksimal 6 halaman-Kirim ke alamat Jalan Prof Dr Satrio Kav. 3-4 Karet Kuningan, Jakarta 12940-Atau alamat email ke: tabloid.teen@gmail.com.
Majalah Chic
e-mail : Chic@gramedia-majalah.com
chicstory@gramedia-majalah.com
. Majalah Girls (pre teens, anak 12-15 tahunan)
Girls@gramedia-majalah.com
Majalah Go Girl
Jln. Kebayoran Lama Raya No 236
Jakarta Barat
Tabloid Nova
NOVA@GRAMEDIA-MAJALAH.COM
Majalah Kartika (Majalah Wanita Dewasa)
Jln. Garuda 82-C
Kemayoran Jakarta 10620
e-mail : majalahkartika@yahoo.com
Story!
Ketik naskahmu spasi rangkap, dengan ketentuan:
Cerpen
Panjang naskah 13.000 – 14.000 characters with spaces, atau sekitar 8-10 halaman.
Cerbung
Panjang naskah 26.000 – 40.000 characters with spaces, atau sekitar 20-30 halaman
Novelette
Panjang naskah 30.000 – 35.000 characters with spaces, atau sekitar 23-25 halaman
Kissing
Panjang naskah 4.000 characters with spaces, atau sekitar 3 halaman
Cerpen berbahasa Inggris
Panjang naskah 6.000 characters with spaces, atau sekitar 4 halaman.
Kirim ke: story_magazine@yahoo.com (tuliskan subyeknya; cerpen/cerbung/kissing, dll)
atau via pos ke: Redaksi Story, Jl. Raya Kedoya Duri No.36, Kebun Jeruk, Jakarta 11520.
 TULIS NAMA ALAMAT/TLP di HALAMAN TERAKHIR NASKAHMU (jangan dipisahkan karena khawatir tercecer)
Alia
Karindra Plaza Blok B – 1 No.6, Jl. Karang TengaH Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan
Telepon : ( 021 ) 750 5886
Faks : ( 021 ) 750 6004
Email : majalah_alia@yahoo.com
* Majalah dewasa/ keluarga Islami
* Menerima Kiriman cerpen
Bobo Gedung Gramedia Majalah Lt.4, Jl.Panjang No.8A, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
Telepon : ( 021 ) 533 0150/533 0170
Email : bobonet@gramedia-majalah.com
* Majalah anak anak ( usia SD )
* Menerima kiriman majalah cerpen dan dongeng
FEMINA
Jl. H.R Rasuna Said Blok B Kav. 32 – 33, Jakarta Selatan 12910
Telepon : ( 021 ) 525 3816
Email : redaksi@feminagroup.com
* Majalah wanita dewasa
* Menerima cerpen, 6 – 8 halaman kuarto, ketik 2 spasi
GIRLIEZONE Jl. Apel II No.30, Jajar Laweya, Surakarta
Telepon/Faks : ( 021 ) 710 812
* Untuk mengirimkan naskah cerpen dapat langsung di-upload aja di www.majalah-girliezone.com
- Majalah Sekar (majalah wanita dewasa) : sekar@gramedia-majalah.com;
TABLOID/KORAN
1. GAUL
Jl.Kedoya Duri Raya No.36, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11520
Telepon : ( 021 )5835 9109
Email : tabloidgaul@yahoo.com
* Menerima kiriman cerpen teenlit. Maksimal 8 halaman folio dan 1,5 spasi
2. KEREN BEKEN Jl. Salemba Tengah No.58, Jakarta Pusat 10440
Telepon : ( 021 ) 230 6188
Email : aneka@indosat.net.id
* Menerima kiriman cerpen remaja. Panjang cerpen maksimal 7 halaman folio, 2 spasi
UMMI
Jl. Mede No. 42A Utan Kayu, Kakarta Timur 13120
Telepon : ( 021v) 819 3242
Email : kru_ummi@yahoo.com
* Majalah dewasa/ keluarga islami
* Menerima kiriman cerpen. 8 folio, 2 spasi
* Menerima tulisan nonfiksi ringan untuk rubric Dunia Wanita dan Nuansa Kehidupan.
SURAT KABAR
KOMPAS
Jl. Palmerah Selatan 26 – 28, Jakarta 10270
Telepon : ( 021 ) 530 2200/ 534 7720
Email : kompas@kompas.com
opini@kompas.com
* Menerima kiriman cerpen dan artikel
MEDIA INDONESIA
Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A – D Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telepon : ( 021 ) 581 2088
Email : redaksi@mediaindonesia.com
* Menerima kiriman cerpen dan artikel
REPUBLIKA 
Jl. Warung Buncit Raya No.37, Jakarta Selatan
Telepon : ( 021 ) 780 3747
Email : redaksionline@republika.co.id
Web : www.republika.co.id* Menerima kiriman cerpen dan artikel
SEPUTAR INDONESIA 
Menara Kebon Sirih Lt.22, Jl. Kebon Sirih Raya No. 17 – 19, Jakata 10340
Telepon : ( 021 ) 392 6955
Email : redaksi@seputar-indonesia.com
* Menerima kiriman artikel dan cerpen
Kompas (www.kompas.com)
Kompas termasuk media yang memiliki begitu banyak rubrik untuk masyarakat. Selain opini, ada rubrik lain yang bisa dicoba seperti Teroka dan Teropong. Bedanya, jika rubrik opini muncul setiap hari, rubrik-rubrik lain ada yang tiap satu atau dua minggu. Ada juga rubrik cerpen dan puisi yang muncul setiap hari minggu. Untuk rubrik Cerpen konon sekarang (sampai juli 2011) di asuh oleh Putu Fajar Arcana, sementara untuk rubrik Puisi di asuh oleh Hasif Amini. 
Alamat email: opini@kompas.co.id / kompas@kompas.com / kompas@kompas.co.id. 
"Honor pemuatan artikel" Kompas konon rata-rata di atas satu juta.
Jawa Pos/Indopos (www.jawapos.com)
Ada beberapa rubrik yang bisa dicoba: “opini”, “ruang putih (esai budaya)”, “di balik buku”, “cerpen”, “puisi” dsb..
Alamat email untuk opini: opini@jawapos.co.id. 
Untuk cerpen, puisi, dan ruang putih kirim ke ariemetro@yahoo.com. Untuk resensi kalau tidak keliru kirim ke ttg@jawapos.co.id atau coba dikirim ke ariemetro@yahoo.com. Resensi buku jangan lupa disertai foto penulis dan cover buku.
Seputar Indonesia (www.seputar-indonesia.com)
Alamat : redaksi@seputar-indonesia.com. Ada Opini (muncul setiap hari), Kolom Budaya, Resensi, Puisi,Cerpen (ada di hari Minggu saja). Untuk cerpen kirimkan ke donatus@seputar-indonesia.com.
"Honor pemuatan artikel" resensi buku 200 ribu. Honor Opini dan Kolom Budaya 400 ribu, Cerpen 400 ribu, puisi sekitar 200 ribu.
Lampung Post (www.lampungpost.com):
Email utama : opinilampost@yahoo.co.id
Untuk Kolom Opini: redaksi@lampungpost.co.id / redaksilampost@yahoo.com
Untuk Esai Budaya/Sastra dan Puisi: lampostminggu@yahoo.com, 
Honor pemuatan arikel Opini 200 ribu, Cerpen 200 ribu
Media Indonesia (www.media-indonesia.com):
Untuk Kolom Opini dan Resensi Buku : redaksi@mediaindonesia.co.id /opinimi@yahoo.com
(Panjang resensi buku maximal 800 kata. Begitu juga dengan Opini. Saat kirim lebih baik semua email dikirimi.
Honor resensi buku dan Opini 400 ribu. Nama Kolom Resensi Buku-nya: Bedah Pustaka)
Bisnis Indonesia
email: redaksi@bisnis.co.id
(Biasanya tulisan yang nyerempet soal bisnis dan ekonomi. Honor sekitar 300 ribu)
Pikiran Rakyat (www.pikiran-rakyat.com) (Jawa Barat):
Untuk Kolom Opini: opini@pikiran-rakyat.com  
Untuk Resensi Buku: kampus_pr@yahoo.com
Untuk Cerpen dan Puisi: ahda05@yahoo.com dan khazanah@pikiran-rakyat.co.id
Honor Opini sekitar  300 ribu. 
Honor resensi buku  200 ribu.
Honor Cerpen: 300 ribu
Honor Puisi: 200-300 ribu (tergantung berapa puisi yang dimuat)
Koran Tempo (www.korantempo.com)
Untuk Kolom Opini: koran@tempo.co.id
Untuk Resensi Buku, Esai Sastra dan Puisi kirim ke:
ktminggu@tempo.co.id/ndewanto@mail.tempo.co.id (email Nirwan Dewanto)
Honor cerpen sekitar 700 ribu, Opini sekitar 600 ribu. Resensi buku honor 400 ribu.
Republika (www.republika.co.id)
Umail utama: sekretariat@republika.co.id  / redaksionline@republika.co.id
email tersebut bisa digunakan untuk kirim opini, cerpen (Republika tak ada lagi rubrik puisi). jangan lagi mengirim ke email ahmadun21@yahoo.com, karena dengar-dengar Pak Ahmadun Yosi Herfanda sudah tidak lagi di Republika.  
Direpublika juga ada rubrik Guru Menulis. Kirimkan ke : akademia.republika@yahoo.com dan cc kan ke email utama. 
Kalau cerpen/opininya dimuat kira-kira honornya Rp.400.000. Sementara honor rubrik Guru Menulis sebesar kurang lebih 200ribu. Tetapi sayang, Koran Islami ini kurang menghargai penulis karena honornya dikirimkan dalam waktu yang lama setelah tulisan kita dimuat. bisa lebih dari tiga bulan honor baru dikirim, tentu setelah keringat kita kering. 
Alamat email: redaksisk@yahoo.com / redaksi@suarakarya-online.com . 
Khusus cerpen, dan puisi bisa langsung di kirim ke alamat redakturnya, Bang Ami Herman:amiherman@yahoo.com. 
Rublik budaya (puisi, cerpen, catatan budaya) muncul setiap hari sabtu, cek saja web-nya, suara karya biasanya disiplin posting.
Nah, Honor pemuatan arikel untuk Cerpen, Puisi dan Opini adalah 150 ribu. kayaknya dari dulu tidak naik-naik.
Suara Pembaruan (www.suarapembaruan.com)
Email: koransp@suarapembaruan.com 
Semua jenis tulisan dikirim ke email itu. Ada Kolom Opini, Resensi Buku, Puisi dan Cerpen. Honor cerpennya 400 rb, puisi 300 rb, resensi 150 ribu (lumayan gede lho, meski tentu dipotong pajak). Dulu ada email budaya@suarapembaruan.com untuk kirim cerpen dan puisi tetapi sepertinya email tersebut penuh dan tak lagi dipakai. 
Koran Jakarta (www.koran-jakarta.com
Email: redaksi@koran-jakarta.com
(Setiap hari ada Kolom Opini (namanya Gagasan) dan resensi buku (Perada). "Honor pemuatan arikel"400 ribu untuk Opini, Resensi buku 280 ribu. Kalau mau dimuat, biasanya ditelfon terlebih dahulu.
Suara Merdeka (www.suaramerdeka.com)
Email umum: naskah@suaramerdeka.info dan wacana_nasional@gmail.com (untuk opini nasional) danwacana_lokal@gmail.com untuk opini isu lokal. Sementara untuk cerpen dan puisi kirim ke:swarasastra@yahoo.com / ke email redakturnya, Mas Triyanto Triwikromo: triwikromo@yahoo.com
Ini koran Jawa Tengah lho, tetapi sangat terbuka bagi semua penulis dari luar Jateng. Bahkan sebagian besar karya khususnya cerpen dan Puisi didominasi oleh penulis luar Jateng. 
Honor cerpen sekitar 400rb, puisi 300 rb, resensi 200 ribu, opini wacana lokal kayaknya juga 200 rb, dan wacana nasional sekitar 400.000.
Di jawa tengah juga ada tabloid yang namanya CEMPAKA MINGGU INI, terbit setiap jum’at. Ada rubrikcerpen, bisa dikirim ke sontrotku@gmail.com. Honornya Rp.150.000. sayang, tabloid ini tidak ada web nya, jadi kalau tulisan kamu dimuat kadang tidak ngerti. Tapi tetap cantumkan nomor rekening, insya Allah honor tetap dikirim kok.
Kedaulatan Rakyat (www.kr.co.id) 
Tiap minggu menampung cerpen, puisi, cerkak, cerita anak, resensi buku. Yang saya jelas tahu adalah email untuk kirim puisi dan cerpen ke kedaulatan Rakyat, yaitu: jayadikastari@yahoo.com. Nah, Honornyanya biasnaya berbeda-beda, kayaknya redakturnya menentukan honornya. Ada penulis kaya Mahwi Air Tawar cerpennya mendapat honor Rp.400.000, saya sendiri pertama kali puisi dimuat di koran ini dihargai Rp.100.000, cerpen pernah dapat honor Rp.250.000. begitu...
KR, meskipun punya situs, tapi tak pernah memposting cerpen dan puisinya. Kenapa ya?
Minggu Pagi
Kantornya di dekat KR, masih satu group. Untuk cerpen, puisi, essai sastra dan budaya kirim ke redakturnya, Mas Latief Noor Rochmans (semoga tidak salah tulis): we_rock_we_rock@yahoo.co.id , emailnya aneh ya, dan memang beliaunya senang lagu rock. Hehe...
Honornya Minggu Pagi sudah naik lho. Cerpen: 150.000, puisi (tergantung berapa puisi yang dimuat), kalo satu kolom untuk puisi diisi hanya puisi kita maka honornya sekitar Rp.100.000. Oya, cara koran yang terbit seminggu sekali tiap Jumat ini menghargai tulisan juga sama seperti KR, masing-masing penulis berbeda2 honornya.
Tabloid NOVA
Cerpen, kirim ke nova@gramedia-majalah.com. Honornya Rp. 400.000.
HALUAN (Padang)
Cerpen dan Puisi kirim ke nasrulazwar@yahoo.com . Kata Esya Tegar Putra, honornya mencapai Rp.200 ribu.
Padang Ekspress
Cerpen dan puisi kirim ke: yusrizal_kw@yahoo.com (Padang Ekpress Redaktur). Sejak tahun ini (2011) Padang ekspess penaikkan honor cerpen menjadi 100 ribu.) Bagi kawan-kawan yang dimuat teman yang ada diPadang untuk minta bantuan mengambilkan honornya, karena koran ini jarang2 mentransfer honor penulis. Yang jelas, jangan sampai lupa tanggal pemuatannya.
HARIAN SINGGALANG (Padang)
Cerpen, puisi a2rizal@yahoo.co.id  / hariansinggalang@yahoo.co.id / kj_sgl@yahoo.com
Majalah Horizon
Kirim cerpen ke: horisoncerpen@gmail.com, honornya 300 rb
Kirim puisi ke: horisonpuisi@gmail.com, honornya tergantung berapa puisi yang dimuat.
Kalau tulisanmu dimuat di HORIZON, maka akan dikirim sampel majalahnya, jadi, sertakan alamat jelas. kadang-kadang honor juga dikirim lewat wesel, jadi tidak nyantumin rekening tidak masalah.
Selain media di atas, ada beberapa media yang saya tidak tahu persis jumlah honornya, tapi sepertinya berkisar di angka Rp.200.000,-. Ini dia:
(Radar Tasikmalaya)
radar.tasikmalaya@gmail.com
(Redaktur Sastra Radar Tasik)
sanggarsastratasik@yahoo.co.id
(Jurnal Medan untuk cerpen dan Puisi)
tejapurnama@yahoo.com
(Redaktur Analisa untuk cerpen dan Puisi)
rajabatak@yahoo.com
(Riau Pos Cerpen dan Puisi)
budaya_ripos@yahoo.com / habeka33@yahoo.com
Jurnal Nasional
witalestari@jurnas.com
redaksi@jurnas.com
Majalah Alia
majalah_alia@yahoo.com
Majalah Bobo
bobonet@gramedia-majalah.com
Harian Surya Surabaya
surya1@padinet.com
Majalah Mayara Surabaya
cerpenmajalahmayara@gmail.com (cerpen, jangan lupa lampirkan foto)
Radar Semarang, Esai untuk Kolom UNTUKMU GURUKU setiap hari Minggu, kirim ke:
editor@radarsemarang.com
Majalah Esquere
redaksi@esquire.co.id (Majalah Esquire)
cerpen@esquire.co.id (Cerpen Majalah Esquire)
Majalah Kartini
redaksi_kartini@yahoo.com
Majalah Story,
memuat banyak cerpen remaja, kirim ke:
erincantiq@gmail.com (Majalah Story)
Catatan Tambahan :
1. Untuk Rubrik Opini, secara umum tulisan berkisar 700-850 kata.
2. Tulisan bisa dimuat satu hari setelah kirim, satu minggu, dua minggu atau bahkan dua bulan setelah kirim, umumnya juga tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
3. Selain actual, kenali karakter media dengan sering mengunjungi webnya masing-masing.